10 Faedah dari 10 Ayat Surat Abasa




'Abasa secara bahasa artinya, جَمَعَ جِلْدَ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَجِلْدَ جَبْهَتِهِ "mengumpulkan kulit yang ada diantara dua mata dan kulit dahi", yaitu mengerutkan dahi dan bermuka masam. Surat 'Abasa adalah surat yang seluruh ayatnya adalah Makkiyah (diturunkan di Mekah) berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir.

Allah berfirman :

عَبَسَ وَتَوَلَّى(١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى(٢) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى(٣) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى(٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى(٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى(٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى(٧) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى(٨) وَهُوَ يَخْشَى(٩) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6. Maka kamu melayaninya.
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9. sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka kamu mengabaikannya.

Sebab turunnya surat ini –sebagaiamana disepakati oleh para mufassir- adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu 'anhaa:

أُنْزِلَ عَبَسَ وَتَوَلَّى فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ الأَعْمَى أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِيْنَ فَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ وَيَقُوْلُ أَتَرَى بِمَا أَقُوْلُ بَأْسًا فَيَقُوْلُ لاَ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ

"Diturunkan surat 'Abasa wa Tawallaa' tentang Ibnu Ummi Maktum yang buta, ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : "Wahai Rasulullah berilah pengarahan/petunjuk kepadaku". Dan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada seseorang dari para pembesar kaum musyrikin. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallampun berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan berbalik ke arah lelaki (musyrik) tersebut dan berkata : "Apakah menurutmu apa yang aku katakan (sampaikan kepadamu tentang dakwah tauhid-pen) baik?", maka lelaki pembesar musyrik tersebut berkata : "Tidak". Karena inilah turun surat 'Abasa." (HR At-Tirmidzi no 2651 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa para pembesar musyrikin yang sedang didakwahi oleh Nabi tersebut adalah Utbah bin Robi'ah, Abu Jahl bin Hisyaam, Ummayyah bin Kholaf dan Ubay bin Kholaf. Nabi mendakwahi mereka dan mengharapkan keislaman mereka (Lihat Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi pada tafsir surat 'Abasa)

Syaikh Al-'Utsaimin berkata : "Dan tentunya diketahui bahwasanya jika para pembesar dan orang-orang yang dihormati dan dimuliakan masuk Islam maka hal ini merupakan sebab Islamnya orang-orang yang berada dibawah kekuasaan mereka. Karenanya Nabi sangat ingin agar mereka masuk Islam. Lalu datanglah sahabat yang buta ini bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka (para ahli tafsir-pen) menyebutkan bahwa ia berkata : "Ajarkanlah aku dari apa yang Allah ajarkan kepadamu". Dan ia meminta Nabi membaca Al-Qur'an untuknya. Maka Nabipun berpaling darinya dan bermuka masam karena berharap para pembesar musyrikin tersebut masuk Isalm. Seakan-akan beliau khawatir bahwasanya para pembesar tersebut akan merendahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau berpaling dari para pembesar tersebut dan mengarahkan wajahnya kepada sahabat yang buta itu. Hal ini sebagaimana perkataan kaum Nuh:

وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا

"Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami" (QS Huud : 27).

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tatkala bermuka masam dan berpaling dari sahabat yang buta tersebut, beliau memperhatikan dua perkara ini :

Pertama : Berharap para pembesar tersebut masuk Islam

Kedua : Agar mereka tidak merendahkan dan menghina Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau menoleh ke orang buta tersebut yang di mata mereka adalah orang hina.

Tentunya tidak diragukan bahwa ini adalah ijtihad dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan bukan merendahkan Ibnu Ummi Maktum. Karena kita mengetahui bahwasanya tidak ada yang menyibukkan Nabi kecuali agar tersebar dakwah Al-Haq di antara hamba-hamba Allah, dan seluruh manusia di sisi beliau adalah sama, bahkan orang yang lebih semangat kepada Islam maka lebih beliau cintai. Inilah yang kita yakini pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam" (Tafsiir Juz 'Amma)



10 Faedah dari 10 ayat di atas :

Pertama : Pada firman Allah عَبَسَ وَتَوَلَّى (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling). Di sini Allah menggunakan dhomir ghoib (kata ganti orang ketiga). Allah mengatakan : "Dia bermuka masam". Allah tatkala menegur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menurunkan surat ini kepada Nabi, Allah tidak berkata : عَبْسْتَ وَتَوَلَّيْتَ "Engkau bermuka masam dan engkau berpaling" (dengan dhomir mukhothob/kata ganti orang kedua). Metode ini ada dua faedah:

- Allah tidak suka mengarahkan pernyataan yang keras langsung terarahkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi Allah menggunakan uslub/pola kata ganti orang ketiga. Karena sifat "bermuka masam" dan "berpaling" adalah sikap yang keras. Ini merupakan bentuk pemuliaan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (Al-Aluusi dalam tafsirnya)

- Agar ayat ini sebagai peringatan kepada umatnya secara umum, agar tidak terulang lagi kejadian seperti ini (Al-'Utsaimin)


Kedua :
...
Baca selengkapnya di sini: http://www.firanda.com/index.php/artikel/tafsir/598-10-faedah-dari-10-ayat-surat-abasa
Lihat Terjemahan
www.firanda.com "Tebarkan Ilmu, Tumbuhkan Amal, Petiklah Ridlo Ilahi" - 10 Faedah dari 10 Ayat...
www.firanda.com

KERANCUAN Prof. DR QURAISY SYIHAB dalam Membolehkan "Selamat Natalan"


Setelah mengagetkan kaum muslimin Indonesia dengan fatwa sesatnya yang intinya "Boleh tidak berjilbab", ternyata Prof. DR. Quraiys Syihab –semoga Allah memberi hidayah kepadanya- juga mengagetkan rakyat muslim Indonesia dengan fatwanya "Boleh mengucapkan selamat hari natal".

Kalau dalam permasalahan jilbab Qurasiy Syihab menipu rakyat muslim Indonesia dengan menyatakan bahwa ada ulama yang membolehkan untuk tidak berjilbab –sehingga diapun memilih pendapat boleh tidak berjilbab sehingga diterapkan oleh sang putri Najwa Syihab- (lihat video Quraisy Syihab yang menjadikan jilbab lelucon, http://www.youtube.com/watch?v=psyjuCd_6kk), maka pada permasalahan Natalan kembali lagi Quraisy Syihab mengesankan kepada muslim Indonesia dengan menyatakan bahwa ada ulama yang membolehkan mengucapkan selamat natalan !.


Maka kita bertanya kepada sang Prof, ulama dari madzhab manakah yang membolehkan ucapan selamat natal kepada kaum nashrani?. Dalam kitab apakah pernyataan mereka tersebut?.

Sesungguhnya permasalahan mengucapkan selamat kepada perayaan orang-orang kafir bukanlah permasalahan yang baru, para ulama terdahulu telah membahas permasalahan ini. Akan tetapi ternyata kita dapati bahwa para ulama telah berijmak (sepakat) bahwa memberi ucapan atas perayaan orang-orang kafir hukumnya haram. Berikut perkataan para ulama dari 4 madzhab tentang permasalahan ini :



(1) Madzhab Hanafiyah

Dalam kitab-kitab fikih madzhab Hanafi termaktub sebagai berikut
...
Baca selengkapnya disini: :http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/623-kerancuan-prof-dr-quraisy-syihab-dalam-membolehkan-selamat-natalan

Waspada Buku-Buku Syiah Milik Penerbit Mizan!



ini daftar 59 buku-buku Syiah Rafidhah yang diterbitkan Mizan yang dipimpin Haidar Bagir. Mizan sendiri didirikan oleh Haidar Bagir pada tahun !983 atau empat tahun pasca revolusi Syiah di Iran.

Haidar Bagir adalah pentolan Syiah yang menyebarkan faham tahrif Al-Quran (Al-Qur’an telah dirubah). Haidar Bagir merupakan CEO Mizan yang menerbitkan buku-buku Syiah Rafidhah, diantaranya :

1. 40 Hadis [1], Imam Khomeini

2. 40 Hadis [2], Imam Khomeini

3. 40 Hadis [3], Imam Khomeini

4. 40 Hadis [4], Imam Khomeini

5. Akhlak Suci Nabi yang Ummi, Murtadha Muthahhari

6. Allah dalam Kehidupan Manusia, Murtadha Muthahhari

7. Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami-Istri, Ibrahim Amini

8. Berhaji Mengikuti Jalur Para Nabi, O.Hasem

9. Dialog Sunnah Syi’ah, A Syafruddin al-Musawi

10. Eksistensi Palestina di Mata Teheran dan Washington, M Riza Sihbudi

11. Falsafah Pergerakan Islam, Murtadha Muthahhari

12. Falsafatuna, Muhammad Baqir Ash-Shadr

13. Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Mahdi Gulsyani

14. Gerakan Islam, A Ezzati

15. Hijab Gaya Hidup Wanita Muslim, Murtadha Muthahhari

16. Hikmah Islam, Sayyid M.H. Thabathaba’i

17. Ideologi Kaum Intelektual, Ali Syari’ati

18. Ilmu Hudhuri, Mehdi Ha’iri Yazdi

19. Islam Aktual, Jalaluddin Rakhmat

20. Islam Alternatif, Jalaluddin Rakhmat

21. Islam dan Logika Kekuatan, Husain Fadhlullah

22. Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, Ali Syari’ati

23. Islam Dan Tantangan Zaman, Murtadha Muthahhari

24. Islam, Dunia Arab, Iran, Barat Dan Timur tengah, M Riza Sihbudi

25. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah-Syi’ah, A Syafruddin Al Musawi

26. Jilbab Menurut Al Qur’an & As Sunnah, Husain Shahab

27. Kasyful Mahjub, Al-Hujwiri

28. Keadilan Ilahi, Murtadha Muthahhari

29. Kepemimpinan dalam Islam, AA Sachedina

30. Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat Pikir Lainnya, Ali Syari’ati

31. Lentera Ilahi Imam Ja’far Ash Shadiq

32. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari

33. Masyarakat dan sejarah, Murtadha Muthahhari

34. Mata Air Kecemerlangan, Hamid Algar

35. Membangun Dialog Antar Peradaban, Muhammad Khatami

36. Membangun Masa Depan Ummat, Ali Syari’ati

37. Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, SMH Thabathaba’i

38. Menjangkau Masa Depan Islam, Murtadha Muthahhari

39. Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer, Jalaluddin Rakhmat

40. Menyegarkan Islam, Chibli Mallat

41. Menjelajah Dunia Modern, Seyyed Hossein Nasr

42. Misteri Kehidupan Fatimah Az- Zahra, Hasyimi Rafsanjani

43. Muhammad Kekasih Allah, Seyyed Hossein Nasr

44. Muthahhari: Sang Mujahid Sang Mujtahid, Haidar Bagir

45. Mutiara Nahjul Balaghah, Muhammad Al Baqir

46. Pandangan Dunia Tauhid, Murtadha Muthahhari

47. Para Perintis Zaman Baru Islam,Ali Rahmena

48. Penghimpun Kebahagian, M Mahdi Bin Ad al-Naraqi

49. PersinggahanPara Malaikat, Ahmad Hadi

50. Rahasia Basmalah Hamdalah, Imam Khomeini

51. Renungan-renungan Sufistik, Jalaluddin Rakhmat

52. Rubaiyat Ummar Khayyam, Peter Avery

53. Ruh, Materi dan Kehidupan, Murtadha Muthahhari

54. Spritualitas dan Seni Islam, Seyyed Hossein Nasr

55. Syi’ah dan Politik di Indonesia, A. Rahman Zainuddin (editor)

56. Sirah Muhammad, M. Hashem

57. Tauhid Dan Syirik, Ja’far Subhani

58. Tema-Tema Penting Filsafat, Murtadha Muthahhari

59. Ulama Sufi & Pemimpin Ummat, Muhammad al-Baqir

Penerbit Mizan dengan Penerbit Republika pun saling berkolaborasi dalam mengedarkan buku-buku terbitan mereka..

http://koepas.org/index.php/datfak/560-waspada-buku-syiah-penerbit-mizan

menikah karena dijodohkan ?

Tanya:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya seorang pemuda berumur 28 tahun. Dalam waktu dekat saya harus menerima permintaan bapak saya dalam pertemuan antar calon besan untuk menerima gadis pilihannya. Gadis itu dipilihnya karena anak teman sejawat bapak saya. Secara detil saya belum mengenal gadis itu. Namun sekilas dari cara berbicara dan bertindak tanduk gadis tersebut bukan tipe wanita yang shalihah, atau paling tidak dari sisi akhlaknya kurang bagus. Selain gaya bicaranya yang cenderung “liar” juga tata kramanya kurang. Saya tidak tahu inisiatif ini datang dari bapak saya atau bapak si gadis. Sebenarnya keluarga kami keluarga Jawa yang sangat memperhatikan tata krama. Apa saya harus menuruti kemauan bapak saya. Apakah dosa bila saya menolaknya?
P di Jakarta
Jawab:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Yang sering kita dengar atau baca biasanya anak lelaki yang dipersulit oleh orang tuanya dalam proses pernikahannya. Biasanya orang tua memberikan syarat yang lebih ketat kepada anak lelakinya yang ingin menikah. Tersedianya rumah, kendaraan, dan fasilitas lain atau sudah bekerja secara “mapan” merupakan syarat utama yang biasanya diajukan oleh orang tua. Tidak ada nikah tanpa rumah sendiri. Tidak ada nikah tanpa pekerjaan tetap.
Sementara saudara justru “dipaksa” orang tua untuk menerima gadis pilihannya. Sebenarnya sah-sah saja saudara menerima demi menyenangkan hati orang tua. Hanya jangan menyalahkan pihak lain kalau di kemudian hari ada penyesalan dalam kehidupan rumah tangga. Lebih-lebih saudara menilai wanita tersebut tidak baik.
Seorang perempuan saja tidak dipaksa oleh orangtuanya untuk menerima lelaki yang tidak disukainya. Karena itu seorang lelaki lebih berhak untuk tidak dipaksa menerima gadis pilihan orang tua. Berikut kami sampaikan sebuah nasihat dari Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin tentang permasalahan saudara. Beliau pernah memberikan jawaban sebuah pertanyaan yang kasusnya mirip dengan yang saudara alami, semoga bermanfaat.

FATWA UTAMA

Tanya: Apa hukum orang tua yang memaksa anak laki-lakinya untuk menikah dengan perempuan yang tidak shalihah? Apa pula hukum orang tua yang menolak menikahkan anak laki-lakinya dengan perempuan shalihah?
Jawab: Tidak boleh seorang ayah memaksa anak laki-lakinya untuk menikah dengan perempuan yang tidak dia ridhai, baik karena aib (cela) yang terdapat pada agama, tabiat, atau akhlaknya. Betapa banyak orang tua yang menyesal memaksa anak-anak mereka untuk menikahi wanita-wanita yang tidak dia sukai, dengan berkata, “Nikahilah dia karena dia sepupumu.” Atau alasan-alasan yang lain. Anak dalam hal ini tidak harus menuruti perintah tersebut, dan orang tua tidak boleh memaksa anak laki-lakinya. Demikian pula halnya jika si anak ingin menikahi seorang wanita yang shalihah tetapi orang tuanya melarang, maka anak itu tidak harus mengikuti dia menginginkan istri yang shalilah, sekalipun ayahnya mengatakan, “Tidak boleh kamu menikah dengannya.” Dia tetap boleh menikahinya walaupun orang tuanya melarang. Karean anak tidaklah harus menaati ayahnya dalam hal-hal yang tidak membahayakan (merugikan) ayahnya, dan justru bermanfaat bagi si anak. Seandainya kita mengharuskan sang anak untuk menaati orang tua dalam segala hal, sampai dalam hal-hal yang sesungguhnya bermanfaat bagi si anak dan tidak merugikan ayahnya, niscaya akan banyak terjadi kerusakan. Tetapi tentu saja seorang anak dalam menghadapi kasus seperti ini hendaknya bersikap luwes terhadap ayahnya (orang tuanya), melayaninya sebisa mungkin, dan meyakinkannya semampu mungkin.

[Kumpulan Fatwa Syaikh al-Utsaimin II/761. 

Fatwa Ulama al-Bilad al-Haram hal 506-507.]
Dari Majalah Fatawa Vol III, Juli 2007/ Jumadits Tsani 1428

APAKAH ROSULULLAH MENGETAHUI PERKARA GHAIB



Pertanyaan :
Apakah Rasul Shalallahu alaihi wa sallam ada dimana-mana? Adakah beliau mengetahui yang ghaib?

Jawab :
Dengan jelas dapat diketahui dari keterangan agama dan dalil-dalil syariat bahwa Rasulullah Shalallahu alaihiwasallam tidak ada dimana-mana. Jasad beliau ada di kuburnya di kota Madinah Munawarrah. Adapun roh beliau ada disi Allah Rab yang Maha Tinggi di Syurga. Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam ketika menjelang wafat beliau bersabda:

“Ya Allah ,Tuhan yang ada di tempat yang tinggi. [Bukhari no.4437 Kitabul Maghazi; Muslim no.2444 Kitab Fadhaailsh Shahabah] 3 kali ,kemudian beliau wafat.

Para ulama dari kalangan shahabat dan sesudahnya sepakat bahwa beliau dikuburkan di rumah A’isyah (radhiallahu anha) berdampingan dengan masjid Nabawi. Jasad beliau berada ditempat itu sampai masa yang tidak diketahui dan rohnya serta roh para nabi, para rasul dan segenap kaum mukminin ada di syurga. Roh mereka menempati posisi sesuai dengan tingkatan masing-masing di surga sesuai dengan ketetapan Allah menurut ilmu,iman,dan kesabaran yang dipikul masing-masing dalam perjuangan dakwah kepada kebenaran.

Adapun tentang hal ghaib, yang mengetahui hanyalah Allah. Rasul atau mahluk lainnya, hanya tahu hal ghaib yang telah diberitakan Allah kepada mereka didalam Al Qur’an dan Sunnah yang suci mengenai masalah syurga, neraka, keadaaan hari kiamat, dan lain-lain. Begitu pula keterangan Al Qur’an dan hadits-hadits shahih tentang Dajjal, matahari terbit dari barat, munculnya hewan-hewan melata, turunnya kembali Isa bin Maryam pada akhir zaman, dan lain-lain sebagaimana difirman Allah :

Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan [Surat An Naml :65]

Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? [Surat Al An’am:50]

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [Surat Al A’raf:188]

Ayat serupa dalam Al Qur’an banyak sekali. Sungguh benar telah diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam beberapa hadits yang menyatakan bahwa beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, diantaranya adalah jawaban beliau kepada malaikat jibril ketika ditanya:

Kapan Kiamat itu?” Beliau bersabda: ”Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya.”

Beliau kemudian bersabda:

Lima perkara yang hanya Allah menetahuinya. ”Kemudian beliau membaca firman Allah:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan,…..[Surat luqman:34]

[Bukhari no.50 Kitabul Iman; Muslim no.9 Kitabul Iman dari Abu Hurairah]

Selain itu ketika Aiysah difitnah dengan tuduhan palsu, yakni berzina, Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui kebenaran kesucian Aisyah kecuali setelah turunnya wahyu kepada beliau pada surat An Nuur.

Contoh lain, tatkala ‘Asiyah hilang pada salah satu perjalanan pulang perang,Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui tempatnya sehingga beliau megirim sejumlah orang untuk mencarinya, tetapi mereka tidak menemukannya. Tatkala unta Aiysah berdiri orang-orang menemukan ‘Aisyah dibawah untanya. Inilah sedikit contoh dari banyak kasus yang terdapat dalam hadits-hadits tentang ketidaktahuan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tentang hal ghaib.

Anggapan sebagian golongan sufi bahwa nabi Shalallahu alaihi wa sallam mengetahui hal-hal ghaib dan hadirnya beliau ditengah-tengah mereka diwaktu pesta peringatan Maulid Nabi, dan lain-lain adalah anggapan batil yang tidak punya dsar apapun. Hal ini muncul pada mereka karena kebodohan mereka dalam memahami Al Qur’an, Sunnah nabi Shalallahu alaihi wa sallam ,dan pegangan kaum salaf.

Kita mohon kepada Allah supaya kita dan segenap kaum muslimin selamat dari cobaan ajaran mereka yang sesat dan juga supaya kita dan mereka diberi petunjuk ke jalan yang lurus.Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan do’a.

Oleh Syaikh Bin Baz

Al Mujaahid no.66; tahun ke-3 Muharram no.33 dan shafar no.34.

Sumber : http://al-uyeah.blogspot.com/2013/11/apakah-rosulullah-mengetahui-perkara.html

Dapatkan poster2 dakwah keren lainnya Like >> Al-Uyeah | follow https://twitter.com/Al_Uyeah <<

situs - situs bermanfaat untuk belajar agama yang benar sesuai Al Qur'an dan Hadits serta pemahaman Salafush Shaleh

Kenali Agamamu Sebelum Mencela Saudaramu



Bisik-bisik yang berlangsung tidak jauh dariku menarik perhatianku. Mengikuti pandangan dua orang gadis muda pelayan toko swalayan tersebut, kulihat sepasang suami isteri sedang berbelanja. Tidak ada yang salah dari pasangan itu, kecuali bahwa sang isteri memakai pakaian lebar bercadar dengan warna hitam, sedangkan sang suami dengan celana yang tidak isbal (baca: cingkrang) dan berjanggut. Entah karena merasa jengah menark perhatian beberapa orang, atau memang karena sedang terburu-buru dan kebutuhannya telah didapatkan , keduanya pun keluar tidak lama kemudian.

Sikap seperti itu berjangkit hampir di mana-mana. Hanya karena tidak biasa menurut pandangan orang awam, karena ketidaktahuannya akan agama, menyebabkan begitu mudah menilai orang lain, ketika mereka berbeda dengan kebiasaan sebagian besar masyarakat. Padahal kebenaran tidak bergantung pada banyaknya orang yang melakukannya, dan sebaliknya, mereka yang sedikit tidak berarti bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat.

Agama Islam saat ini cenderung asing bagi penganutnya sendiri. Satu contoh kecil di atas. Sepasang suami isteri yang mencoba untuk istiqamah melaksanakan sunnah-sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan penampilan luar pakaian keseharian, mendapatkan penilaian miring, pandangan aneh penuh kecurigaan, atau bahkan mengundang ejekan, objek untuk ditertawakan. Seandainya kedua gadis itu tahu ajaran Islam yang sebenar-benarnya, tentu mereka akan merasa malu, memperbincangkan orang lain yang bersungguh-sungguh menjalankan agama bahkan sampai pada penampilan, tegar di tengah pandangan miring dan melecehkan masyarakat, sedangkan mereka sendiri sama sekali tidak memenuhi kewajibannya menutup aurat!

Itu baru contoh kecil. Belum lagi dalam masalah ibadah. Ketika seseorang shalat dengan telunjuk digerakkan saat tahiyat, atau ketika meletakkan sutrah ketika sedang shalat sendirian, dianggap sesuatu yang aneh, dan sebagian yang melihatnya lalu bertanya-tanya pada diri sendiri, “Ini dari aliran mana lagi...?” Jika saja kita merenungkan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam berikut, mungkin kita akan lebih berhati-hati memberikan cap untuk sesuatu yang kita tidakmemiliki pengetahuan tentangnya:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku” (HR Bukhari Muslim)

Jika kita bukan termasuk golongan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu akan berada di mana kita? Padahal tidak satu pun golongan yang selamat kecuali orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya.

Kiranya akan lebih baik sebelum menunjukkan sikap apapun, kita bersikap lebih arif, mengoreksi diri kita. Seberapa jauh kita mengenali dan melaksanakan tuntunan agama, sebelum menjatuhkan penilaian kepada orang lain. Dan saya yakin bahwa kedua gadis remaja dengan pakaian khas penjaga toko yang sedikit ketat itu benar-benar tidak mengetahui, bahwa pakaian sepasang suami isteri itu adalah syar’i, sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sekali lagi, fenomena yang terjadi di tengah masyarakat menunjukkan betapa agama Islam asing bagi sebagian penganutnya. Sebuah upaya memurnikan agama dari segala bentuk kesyirikan, bid’ah dan kurafat dianggap sebagai fanatik, keras, terbelakang, bahkan sesat. Pada masyarakat, budaya - yang diturunkan dari nenek moyang, justru dipegang teguh, menggantikan kedudukan agama. Ketika seseorang misalnya, menghindari peringatan kematian ke tujuh, empat puluh, dan seterusnya yang bukan bagian dari agama Islam, dianggap tidak bermasyarakat, tidak perduli, egois, dan sekali lagi yang lebih buruk.. sesat! Padahal Allah telah menegaskan di dalam kitabnya:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ /div>

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS Al-Baqarah : 170).

Alangkah lebih baik untuk segala sesuatu yang berkenaan dengan perkara agama, amal ibadah, kita mulai membiasakan diri untuk bertanya, apakah amalan ini memiliki landasan di dalam agama, yang sumbernya adalah Al-Qur’an dan Sunnah, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan di dalam firman-Nya:

فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (An-Nahl : 43)

Ya, bertanyalah, karena agama ini telah sempurna, dan tidak ada sesuatu yang tidak di atur di dalamnya. Bertanyalah, untuk lebih mengenali agama sebelum memberikan celaan kepada orang lain yang berusaha dengan sungguh-sungguh menjalankan syariat yang agung ini karena ketidaktahuan kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim rahimahullah: “Ilmu itu memiliki tujuh tingkatan. Tingkatan yang pertama adalah bertanya dengan adab yang baik.”
Bertanyalah dan mulailah menginstrospeksi diri. Jika kita belum dapat bersikap seperti mereka, orang-orang yang teguh di atas agama berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, setidaknya kita berusaha ke arah itu, dan menjaga sikap untuk tidak melontarkan hinaan, cemoohan, meski hanya dengan isyarat mata sekalipun, agar kita tidak termasuk orang yang membenci sunnah Rasulullah. Karena sesungguhnya Rasulullah shallalahu alaihi wasallam sendiri telah mengancam kita:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Barang siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku” (HR Bukhari Muslim).

Wallahu a’lam.

MOHON IKHWAN-IKHWAN SALAFY MENYEBARKANNYA !



KEDUSTAAN M.IDRUS RAMLI PADA USTADZ FIRANDA PADA SAAT MUDZAKARAH ILMIYAH !
===========================================
Pada saat Mudzakarah Ilmiyah hari sabtu tanggal 28 desember 2013 di Kantor kemenag Batam, telah terjadi diskusi ilmiyah antara ustadz Firanda, Ustadz Zainal Abidin VS M.Idrus Ramli dan Kyai Thobari Syadzili.

Lalu M.Idrus Ramli membuat fitnah pada Ustadz Firanda dengan mengatakan :" Tidak semua materi dibahas, Wahabi keluar duluan dari acara tidak melanjutkan. Karena alasan penerbangan. Sanggahan saya banyak tidak terjawab. Dalil-dalil saya juga banyak tidak terbantahkan "

KENYATAANNYA !
1. Ustadz Firanda tidak pernah kabur sebelum acara selesai.
2. Acara Mudzakarah disepakati berakhir pukul 12.00 maka setelah selesai acara sangat wajar jika ustadz Firanda pergi sebab beliau masih ada dauroh dikota lain.
3. Dalil Ustadz Firanda justru lebih shahih dan tidak dapat dibantah oleh Idrus Ramli
selengkapnya : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201213518522039&set=a.1039788596972.2008186.1293252190&type=1


  KENAPA KYAI THOBARY SYADZILY CUMA JADI PENONTON DI DEBAT BATAM DAN KEBOHONGAN USTADZ IDRUS RAMLI
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Tulisan Ustadz Idrus Ramli di Blognya,
--------------------------------------------------------

 Catatan Dialog Ust. Idrus Ramli dengan Wahabi di Batam, 28 Desember 2013
Kontra Wahabi | Ust. Idrus Ramli | 30/12/2013 02:30| TELAH Dibaca: 973 kali

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

1. Dalam dialog tersebut, perwakilan dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah sebagai pembicara, hanya al-faqir Muhammad Idrus Ramli.---(((Sedangkan Kiai Thobari Syadzili, hanya menemani duduk, tidak diberi waktu berbicara, kecuali 1 menit menjelang acara dihentikan)))---. Sementara dari pihak Radio Hang atau Wahabi, adalah Ustadz Zaenal Abidin dan Ustadz Firanda Andirja. Isu-isu dari kaum Wahabi, bahwa perwakilan dari Ahlussunnah adalah saya dan beberapa orang, adalah tidak benar. Jadi yang benar, debat 1 orang lawan 2 orang.

2,3,4,5,6,7,8,9

Demikian beberapa catatan kami terhadap dialog kemarin. Wallahul muwaffiq.
Wassalam

Muhammad Idrus Ramli
Batam, 30 Desember 2013.
-------------------------------------------------

Status Kyai Thobary Syadili di akun Fbnya...

-------------------------------------------------------

Status Pertama,

DIALOG ILMIAH “ASWAJA VS SALAFI WAHABI DI BATAM”
=====================================

Dalam dialog ilmiah hari Sabtu pagi, 28 Desember 2013 M. / 1435 H. di Batam antara Aswaja dan Salafi Wahabi, ---((((sengaja saya tidak bicara karena waktunya sangat sempit sekali yaitu masing-masing pihak untuk dua orang nara sumber,)))--- baik dari pihak Aswaja maupun Salafi Wahabi, hanya diberikan waktu 20 menit oleh moderator, sehingga saya mewakilkan sepenuhnya kepada Ustadz Idrus Romli untuk angkat bicara, dan saya yakin ustadz Idrus Ramli dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dibahasnya tentang tuduhan bid’ah dan musyrik yang dilontarkan Salafi Wahabi terhadap Aswaja dapat diselesaikan dengan baik, rapih, teratur, universal, dan tidak setengah-setengah. Dan, alhamdulillah dengan pembahasan dan pemaparan yang begitu gamblang, ternyata tuduhan Salafi Wahabi itu tidak terbukti. Itulah fakta sebenarnya di lapangan. Jadi, apabila Salafi Wahabi mengulangi kembali perbutannya dengan tuduhan bid’ah dan syirik terhadap amalan para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, maka itu harus diproses secara hukum.

---((((Adapun diamnya saya dalam dialog dan menyerahkan sepenuhnya kepada ustadz Idrus Ramli untuk angkat bicara,)))--- itu menunjukkan sikap lunak hati saya agar tidak memicu konflik atau kerusuhan di bawah gedung yang telah dipenuhi ribuan massa yang sedang emosi. Jika saya bicara dan bisa membuktikan bahwa setiap amalan ulama itu ada dalil-dalilnya, sudah barangtentu massa dengan paksa akan memasuki gedung dialog, meskipun dijaga ketat oleh puluhan atau ratusan aparat keamanan dan polisi. Olehkarena itu, saya tidak menginginkan hal demikian.

Status Kedua,

Saya sudah berusaha sabar dengan sekuat tenaga dan pikiran saya agar tidak terjadi konflik horizontal antara Salafi Wahabi dan Aswaja di Batam ketika akan dan sedang diadakan dialog pada hari Sabtu pagi. 28 Desember 2013 M. / 25 Shafar 1435 H. Karena, saya cinta perdamaian dan cinta persatuan umat Islam. Tapi, mengapa Salafi Wahabi bersikeras memaksakan kehendak dan memfitnah Aswaja dengan menyebarkan propaganda kalah dialog ilmiah dengan mereka (Salafi Wahabi). Padahal, itu tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Seandainya di kemudian hari akan terjadi konflik horizontal di antara kedua belah pihak, saya akan berlepas tangan dan tidak mau ikut campur lagi untuk mendamaikan mereka. Silahkan dikaji, dipahami dan dibuktikann nanti !
------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan:
1. Ustadz Idrus Ramli mengatakan bahwasanya Kyai Thobary Syadzily TIDAK DIBERI WAKTU BICARA KECUALI SATU MENIT, sedangkan Kyai Thobary sendiri menyatakan dalam status Fbnya bagwasanya beliau ---((((sengaja saya tidak bicara karena waktunya sangat sempit sekali yaitu masing-masing pihak untuk dua orang nara sumber,)))---

Nah, dari kedua pernyataan Kyai Thobary ini menyatakan bahwasanya Ustadz Idrus Ramli keliru (Bohong-red) kalau Sang kyai tidak diberi kesempatan bicara terbukti dalam statusnya.

2. Saran buat Utadz Idrus ramli kalau mau bohong itu hendaknya konfirmasi pada kyai agar tidak kelihatan bohongnya, dan biar kompak.

3. Saran buat Kyai Thobary agar tidak membuat status yang menyudutkan kebohongan sang Ustadz.

Cek sendiri videonya dan buktikan kebenarannya,

https://m.facebook.com/story.php...

Dan kebohongan juga mengatakan Ustadz Zaenal dan Ustadz Firanda kabur sebelum selesai. seperti dalam Pesannya dengan seorang akhwat. (lihat gambar).

Wallahu a'lam





Diantara cuplikan 'debat' antara ustad Firanda dengan Ustad Muhammad Idrus Ramli di Batam:

Mengenai Talafuzh niat (Melafazhkan Niat)

Ustad Idrus Ramli berdalil dengan ucapan Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi wa Sallam- ketika Nabi berdialog dgn siti Aisyah karena Siti Aisyah tidak masak makanan dan tidak ada makanan yg bisa dimakan dirumahnya maka Nabi mengatakan kpd Siti Aisyah : "idzan anaa shaa-im" (kalau begitu aku akan berpuasa) sebagai dalil bolehnya melafazhkan niat.

Ustadz Firanda menjawab:
Hadits tsb yaitu "idzan anaa shaa-im" (kalau begitu aku akan berpuasa)maksudnya adalah Nabi mengabarkan kpd Aisyah bahwa Nabi Puasa karena tdk adanya makanan,bukan dalil untuk melafazhkan Niat Puasa,,orang Nahdhiyyin selama ini juga melafazhkan niat dengan ucapan: "nawaitu shauma ghodin..dst", apakah ada diantara mereka mengucapkan niat dengan lafadh: "idzan anaa shaa-im"..??

Ustad Idrus Ramli menyanggah: "Nggak mesti dengan lafazh "nawaitu shauma ghodin", lafazh apapun kalau maknanya sama gpp,bebas"

Ustadz Zainal Abidin menjawab: "Kalo memang seperti itu, anak-anak sekolah ujian, trus ada soal:"sebutkan niat sholat ???,, Trus dijawab sama anak tsb : "idzan anaa shaa-im" itu pasti disalahin dan dicoret sama gurunya..udah pasti salah.

Ustadz Firanda ketawa denger jawaban ustadz Zainal Abidin..

# Aku juga nyengir ketika tahu bahwa ada niat puasa seperti itu,,wah..berarti warga Nahdiyyin punya lafal niat puasa baru,dishahihkan oleh ust Idrus Ramli
https://www.facebook.com/dewirespitasari.dorayaki


MENCIUM MUSHAF AL QURAN | share agar semua muslim tahu



Bagaimana hukum mencium mushaf Al Quran?

Perkara ini –menurut keyakinan kami– adalah masuk kedalam keumuman hadits “Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah sesat”, dalam hadits lain “Setiap kesesatan dalam Neraka.

Banyak kalangan punya pendirian tertentu dalam menyikapi hal ini, mereka mengatakan “

"Ada apa dengan mencium mushaf? Bukankah ini hanya untuk menampakkan sikap membesarkan dan mengagungkan Al Qur’an?"”

kita katakana kepada mereka,

“Kalian benar, tak ada apa-apa melainkan hanya pengagungan terhadap Al Qur’anul Karim, tetapi perhatikanlah, apakah sikap pengagungan ini luput atas generasi umat yang pertama, yang mereka tiada lain adalah para sahabat Rosulullah demikian pula para tabi'’in dan para tabi'’ut tabi'’in setelahnya ?”

Tidak ragu lagi jawabannya adalah seperti jawaban Ulama Salaf, ” Jika perkara itu baik, tentu mereka akan mendahului kita padanya ”

Ini satu masalah, masalah yang lainnya adalah apa hukum asal mencium sesuatu, bolehkah atau terlarang ?

Disini perlu kami paparkan suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sahabat Abbas bin Rabi’ah ia berkata, “Aku melihat Umar bin Khotob mencium hajar aswad dan berkata, “Sesungguhnya aku tahu engkau adalah batu, tidak dapat memberi mudharat tidak pula memberi manfa’at, sekiranya bukan karena Aku telah melihat Rasulullah mencium-mu Aku tak akan mencium-mu””.

Kalau demikian, kenapa Umar mencium hajar aswad ?” apakah karena filsafat yang muncul darinya ?

Jadi asal hukum mencium ini hendaknya berjalan diatas sunnah yang dulu. ingatlah sikap Zaid bin Tsabit beliau telah berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?”

Jika ditanyakan kepada yang mencium mushaf, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?”, ia akan mengarahkan jawaban yang aneh sekali, seperti

“"wahai saudaraku ada apa dengan ini? Ini mengagungkan Alqur’an!”"

maka katakana padanya, “Hai sadaraku, apakah Rasulullah tidak mengagungkan Al Qur’an? Tidak ragu lagi bahwa beliau mengagungkan Al Quran, walau demikian beliau tidak menciumnya”.

Saya katakan, “Tidak ada jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan apa yang telah disyari’atkanNya, oleh karena itu kita bertindak sesuai dengan apa yang disyari’atkan untuk kita dari keta’atan dan ibadah-ibadah, tidak menambahinya walau satu kata, karena hal ini seperti ucapan Nabi, “Tidak aku tinggalkan sesuatupun yang Allah telah perintahkan kalian, kecuali aku telah perintahkan kalian dengannya””.

Oleh karena itu maka mencium mushaf (Al Qur’an) adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan adalah sesat, setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Sumber : “”Kaifa Yajibu ‘Alaina An-Nufassirol Qur’an”

Ditulis oleh Ustadz Abu Hamzah Al-Atsary

Sumber : http://al-uyeah.blogspot.com/2013/11/mencium-mushaf-al-quran.html

Dapatkan poster2 dakwah keren lainnya Like >> Al-Uyeah | follow https://twitter.com/Al_Uyeah <<

Bagaimana Mendakwahi Masyarakat Awam agar Mengikuti Manhaj Salaf



Bagaimana mendakwahi masyarakat awam agar mengikuti salafiyah, manhaj salaf (berislam dengan pemahaman salafus shalih [generasi awal Islam yang shalih] –pent), terutama apabila mereka sebelumnya telah terpengaruh dengan dakwah yang menyimpang?

Pertanyaan:
Bagaimana mendakwahi masyarakat awam agar mengikuti salafiyah, manhaj salaf (berislam dengan pemahaman salafus shalih [generasi awal Islam yang shalih] –pent), terutama apabila mereka sebelumnya telah terpengaruh dengan dakwah yang menyimpang?

Jawaban:
Allah telah memberikan kita metode dakwah. Allah berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)

Oleh karena itu kita berdakwah (mengajak) kepada Allah dengan penuh hikmah. Dengan hikmah, maksudnya adalah dengan ilmu, al-bayan (penjelasan), dan hujjah (dalil). Maka hendaknya engkau berdakwah dengan ilmu, akhlak yang baik, serta dengan rifq dan liin [1]. Ini baik kepada orang-orang awam maupun kepada selain orang awam, akan tetapi orang awam akan lebih mudah menerima dakwah. Dan bisa jadi orang awam tersebut menerima kebenaran tanpa perlu adanya perdebatan. Dan kalau pun pada dirinya terdapat sikap keras kepala atau pengaruh dari pemahaman yang batil, maka bantahlah dia dengan jalan yang baik.

Allah berfirman,

وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (*) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
(Fushsilat: 34-35).

Dan sikap hikmah ini tidaklah dianugerahkan oleh Allah, melainkan hanya kepada orang-orang yang memiliki keberuntungan yang besar.(*)

Catatan Kaki:
[1] Liin dan rifq secara bahasa artinya sama yaitu lawan dari sikap kasar. Makna keduanya secara syar’i pun hampir sama, yaitu adalah lawan dari kekasaran dan mengandung sikap lemah lembut terhadap orang yang ada di sisinya dengan kelembutan ucapan dan perbuatan, serta mengambil perkara yang paling mudah. Tapi keduanya tidaklah mengandung makna berbasa-basi atau bertoleransi terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Lihat Al-Liin war Rifq karya DR. Fadhl Ilahi –pent.

Diterjemahkan dari: http://rabee.net/show_fatwa.aspx?id=172
oleh Abu Umar Urwah Al-Bankawy Al Andunisi.
Sumber: CalgaryIslam.Com

Dusta komunitas para takfir yang mengatas namakan radio sunnah

Ayo laporkan rame-rame komunitas ini, karena ini adalah komunitas para takfir yang mengatas namakan radio sunnah, jelas ini adalah kedustaan yang nyata https://www.facebook.com/pages/RODJA-Benci-Hukum-Islam-Tegak/565383366888802

# Salah Ucap Sedikit Saja, Fatal Akibatnya (Pelajarilah Bahasa Arab) #


contohnya,

- kalimat (الله أكبر) “Allahu akbar” artinya: Allah Maha Besar

Jika dibaca (آلله أكبر) “AAllahu akbar” dengan huruf alif dibaca panjang, artinya: apakah Allah Maha Besar?

Akibatnya fatal sekali !

- surat Al-Fatihah ayat ke-5,

إياك نعبد وإياك نستعين

Jika dibaca “IYYaaka na’buduu” dengan tasydid huruf “ya” artinya: “Hanya kepada-Mu Kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Jika dibaca “iYaaka na’buduu” tanpa tasydid huruf “ya” maka artinya: ““kepada cahaya matahari kami menyembah dan kepada cahaya matahari kami meminta pertolongan”

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan hal ini dalam tafsirnya,

وقرأ عمرو بن فايد بتخفيفها مع الكسر وهي قراءة شاذة مردودة؛ لأن “إيا” ضوء الشمس

“’Amr bin Faayid membacanya dengan tidak mentasydid (huruf ya’) dan mengkasrah (huruf alif). Ini adalah bacaan yang aneh/nyeleneh dan tertolak. Karena makna “iya” adalah cahaya matahari.”

Ini juga fatal akibatnya !!

Masih ada contoh yang lain misalnya “JamAAl” artinya keindahan sedangkan “jamAl” artinya unta.

selengkapnya: http://muslimafiyah.com/salah-ucap-sedikit-saja-fatal-akibatnya-pelajarilah-bahasa-arab.html

Perbedaan Mani dan Madzi bagi Wanita



Pertanyaan:
Assalamu’alaikum
Ketika sedang browsing mencari artikel tentang kesehatan, saya tanpa sengaja menemukan artikel tentang masalah sex. Kemudian saya membacanya. Ternyata saya mengeluarkan lendir. Apakah saya harus mandi wajib? Mohon penjelasannya. Terima kasih

Dari: Fery Cahyaningsih

Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Jika itu mani maka wajib mandi, tetapi klo ternyata itu madzi maka tidak wajib mandi, hanya saja madzi itu najis.
Cairan yang keluar dari wanita ketika syahwat, sama sebagaimana yang keluar dari laki-laki; bisa jadi mani dan bisa jadi madzi.

Keduanya memiliki ciri khas yang membedakannya.

Pertama, mani

Ada tiga ciri khas mani yang disebutkan oleh para ulama

1. Karakteristik Mani

Ciri mani yang paling mencolok adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن ماء الرجل غليظ أبيض ، وماء المرأة رقيق أصفر

“Mani laki-laki itu kental putih, sedangkan mani wanita agak encer kuning.” (HR. Muslim, no.311)

Meskipun terkadang ada wanita yang air maninya berwarna putih.

2. Memiliki bau khas seperti bau mayangnya kurma, yang jika kena air seperti bau telur.

3. Disertai orgasme dan rasa lemas setelah mani keluar.

Ketiga hal ini tidak disyaratkan harus ada secara bersamaan. Karena itu, meskipun yang ada hanya satu ciri maka sudah cukup untuk menetapkan bahwa cairan itu statusnya mani. Demikian keterangan An-Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarh Muhadzab 2:141.

Kedua, madzi

Karakteristik madzi: cairan putih, agak kental, keluar ketika syahwat, baik karena berimajinasi atau melihat sesuatu yang membangkitkan gairah. Ketika madzi keluar tidak ada orgasme dan tidak membuat lemas.

Bagaimana jika meragukan?

Ketika kita tidak bisa membedakan cairan yang keluar, apakah itu mani ataukah madzi, maka orang yang mengalaminya berhak untuk memilih sesuai dengan apa yang meyakinkan baginya. Ini merupakan pendapat Madzhab Syafi’i. Sebagaimana keterangan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 161293.
Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Fenomena Anak Indigo


Pertanyaan:

Assalamu’alaikum, ustadz.. Saya mau menanyakan tentang indigo (Indera ke- enam) menurut pandangan Islam?

Dari: Rini

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Salah satu pertanyaan yang banyak disampaikan melalui situs Konsultasisyariah.com adalah fenomena anak indigo. Memang diantara sifat manusia adalah curiosity, semangat untuk selalu ingin tahu. Meskipun bisa jadi dia tidak memiliki banyak kepentingan dalam hal ini. Namun apapun itu, pertanyaan semacam ini menunjukkan sengamat untuk memahami masalah sesuai koridor agama. Kami memberikan apresiasi positif untuk setiap upaya mengembalikan semua permasalahan kepada Al-Quran dan sunah.

Terkait fenomena anak indigo, ada beberapa catatan yang bisa kita beri garis tebal,

Pertama, islam tidak menolak realita

Sebelumnya, mari kita memahami peta realita berikut,

Realita dibagi menjadi dua:

1. Realita syar’i: itulah semua berita yang disampaikan dalam Al-Quran dan sunah yang sahih. Misalnya: meteor yang memancarkan cahaya di langit, sejatinya adalah panah api untuk melempar setan yang berusaha mencari berita dari langit. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat al-Jin ayat 9. Meskipun kita tidak pernah melihat peristiwa ini dengan kasat mata, namun mengingat hal ini Allah ceritakan dalam Al-Quran maka wajib kita yakini, karena demikianlah realita yang ada. Contoh lain: Jibril memiliki 600 sayap, sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari. Meskipun kita tidak pernah melihat wujud asli Jibril, namun mengingat hal ini disebutkan dalam hadis shahih, maka wajib kita yakini.

2. Realita kauni merupakan semua kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Misalnya, ada orang melihat kejadian aneh, kemduian dia abadikan gambarnya, lalu dia share ke yang lain. Kita tidak mungkin mengingkari kejadian ini, karena orang yang melihat langsung membawakan bukti asli sesuai yang dia saksikan.

Penyimpangan terhadap dua realita di atas, kita sebut berita dusta. Jika berita dusta itu terkait masalah syariat atau keyakinan, diistilahkan dengan tahayul. Misalnya: berita bahwa pada hari rabu terakhir di bulan safar, akan turun 320 ribu bencana. Berita ini masuk dalam ranah masalah ghaib. Karena indera manusia tidak pernah mendeteksi 320 ribu bencana yang turun di hari itu. Sehingga untuk membuktikan kebenaranya, kita perlu kembalikan kepada dalil, adakah ayat atau hadis shahih yang menyebutkannya. Jika tidak ada, termasuk tahayul, yang tidak boleh diyakini.

Anda bisa menimbang semua informasi masalah ghaib yang simpang siur di sekitar kita dengan cara di atas. Sehingga kita bisa membedakan antara keyakinan yang benar dengan tahayul semata.

Fenomena indigo termasuk realita yang bisa kita saksikan. Ada anak yang berkomunikasi dengan makhluk lain, atau dia melihat makhluk lain, dan itu asli tidak dibuat-buat.

Sebatas kejadian yang bisa kita lihat, termasuk fenomena kauni. Kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Selama kejadian itu memang benar-benar ada, islam tidak melarang kita untuk membenarkannya, karena islam tidak menolak realita.

Kedua, kemampuan dasar makhluk

Islam tidak menolak fenomena anak indigo jika memang itu realita. Kita boleh meyakininya, selama kejadian itu memang benar-benar ada di sekitar kita. Namun realita yang boleh kita yakini dalam hal ini hanya sebatas yang bisa kita lihat. Sementara tentang hakekat anak indigo, perlu kajian yang lebih serius utnuk bisa menjelaskan dan memberi komentar.

Di sini kita tidak menggali hakekat dan sebab si anak menjadi indigo. Sebagian ahli medis menyebutkan, anak indigo mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), semacam gangguan perkembangan dan keseimbangan aktivitas motorik anak sehingga menyebabkan aktivitasnya tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ada juga yang menyebutkan, anak indigo bisa seperti itu karena memiliki kemampuan melihat jin. Dan beberapa analisis lainnya.

Hanya saja ada beberapa informasi tentang anak indigo yang disuasanakan berlebihan. Sebuah analisis ‘ngawur’ menyebutkan beberapa kemampuan luar biasa anak indigo,

Prekognision: kemampuan memprediksi dan membuat peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
Retrokognision: kemampuan melihat peristiwa di masa lampau.
Klervoyans: kemampuan untuk melihat kejadian yang sedang berlangsung di tempat lain.
Psikometri: kemampuan menggali informasi dan berkomunikasi dengan objek apapun. Dia menerjemahkan getaran dan gelobang yang dipancarkan setiap benda yang menyimpan rekaman suatu peristiwa.
Mediumship: kemampuan untuk menggunakan rohnya dan roh makhluk lain sebagai medium, serta bisa berkommunikasi dengan roh.
Telekinetik adalah kemampuan untuk menggerakkan benda dari jarak jauh.
Sugesti hipnosis: Anak Indigo dapat menghipnosis seseorang dengan kemampuan telepatinya.
Berkomunikasi dengan Tuhan: Kemampuan ini berhubungan dengan cakra mahkota pada bagian atas kepala yang merupakan pintu komunikasi antara manusia dengan Tuhan.

Jika kita perhatikan kemampuan di atas, bisa disimpulkan bahwa anak indigo tak ubahnya seperti seorang Nabi. Karena satu-satunya manusia yang kita kenal memiliki kemampuan hebat seperti di atas hanya para nabi, atas bimbingan wahyu dari Tuhannya.

Namun sayang, banyak juga mereka yang mempercayai hal ini, terutama para budak klenik dan ramalan.

Kembali pada peta realita, berbagai kemampuan ‘hebat’ dalam daftar di atas, jelas bukan termasuk realita kauni. Karena kita tidak pernah menyaksikan proses anak indigo itu mengekspresikan kemampuannya. Yang kita lihat hanyalah, dia berbicara sendiri dengan tembok, pohon atau benda lainnya, atau dia menatap dengan pandangan nanar kemudian melakukan reaksi tertentu, atau dia ngomong tanpa beban kemudian menyampaikan masa depan, atau dia menceritakan halusinasi dalam pikirannya, dst. Anehnya, mereka menanggapinya terlalu serius.

Tidak ada yang melebihi kemampuannya

Anak indigo siapapun dia, tetap manusia. Dia tidak akan melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Semua kemampuan di atas, sejatinya tidak mungkin dimiliki manusia, selain Nabi yang mendapat wahyu dari Allah.

Allah berfirman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah..”

Di ayat lain, Allah berfirman,

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ

“Katakanlah: …Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira”.

Di ayat lain, Allah juga menegaskan,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26 – 27)

Dalam hadis dari Rubayyi’ bintu Mu’awidz radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ»

“Ada seorang anak yang mengatakan, ‘Di tengah-tengah kami ada seorang nabi yang mengetahui apa yang terjadi besok.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ‘Jangan kau ucapkan hal itu, ucapkanlah syair yang tadi kalian lantunkan.’ (HR. Bukhari 4001).

Jika demikian kemampuan yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak mengetaui hal ghaib, tidak bisa meramalkan masa depan, kecuali yang Allah wahyukan, bagaimana mungkin kita meyakini anak indigo mampu menerawang masa depan, melihat kejadian masa silam, meraba kejadian di tempat lain dalam waktu bersamaan, menebak isi hati orang, komunikasi dengan benda mati, komunikasi dengan Tuhan, menggerakkan benda dari jauh, dst.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi Ibnu Shayyad, seorang yang dianggap bisa meramal. Beliau ngetes kemampuannya: ‘Tebak kata yang kusimpan dalam hatiku!’ Ibnu Shayyad mengatakan, ‘Dukh..’ Mendengar jawaban ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اخْسَأْ، فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ

‘Duduklah, kamu tidak akan melebihi batas kemampuanmu.’ (HR. Bukhari)

Pendapat yang kuat, ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan firman Allah di surat Ad-Dukhan ayat 10. (Keterangan Fuad Abdul Baqi dalam Ta’liq Shahih Bukhari).

Ketiga, indigo dan jin

Bagian ini perlu kita kupas ulang, karena memungkinkan untuk dilakukan pendekatan berdasarkan dalil. Beberapa laporan menyebutkan anak indigo melihat sesuatu yang tidak kita lihat.

Ada dua kemungkinan yang dia lihat, antara malaikat atau jin. Untuk malaikat, dipastikan tidak mungkin. Karena malaikat hanya akan melakukan tugas yang diperintahkan Allah. Sementara tidak mungkin malaikat melakukan tugas kecuali untuk sesuatu yang penting.

Dengan demikian, yang lebih pasti adalah jin. Anak ini melihat jin. Apa mungkin? Sangat mungkin.

Allah tegaskan dalam Al-Quran ketika membahasa tentang iblis:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).

Inilah sifat asli jin. Dia tidak bisa dilihat oleh manusia. Akan tetapi jin bisa menjelma menjadi makhluk yang lain, sehingga bisa terindera oleh manusia. Baik dengan dilihat, didengar, atau diraba. Sebagaimana kisah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pada hadis berikut,

Suatu ketika Ubay pernah menangkap jin yang mencuri makanannya. Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami (manusia) dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan beliau menjawab: “Si buruk itu berkata benar”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, Thabarani dan lainnya, Albani mengatakan: Sanadnya Thabarani Jayyid)

Kejadian yang sama juga pernah dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau menangkap jin yang mencuri makanan zakat fitrah.

al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya. Firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.” (Fathul Bari, 4:489).

Karena itu, jika benar anak indigo melihat jin, bukan karena dia memiliki kemampuan khusus melebihi yang lain, sehingga bisa melihat jin. Namun karena ada jin yang menampakkan diri kepadanya.

Keempat, Kondisi tidak Normal

Catatan tambahan yang penting untuk disebutkan. Kejadian anak indigo sejatinya adalah kondisi tidak normal. Baik karena sebab ADHD atau melihat jin. Karena normalnya manusia, dia hanya bisa berinteraksi dengan sesuatu yang bisa memberikan respon kepadanya. Jika sebabnya karena gangguan kejiwaan, bisa dilarikan ke ahli penyakit terkait, sehingga bisa dilakukan penanganan.

Demikian pula jika indigonya disebabkan melihat jin. Juga termasuk kondisi tidak normal. Karena dalam kondisi normal, sejatinya mansuia tidak bisa melihat jin. Ketika ada orang yang melihat jin, berarti dia tidak normal. Karena tidak normal, kasus semacam ini perlu dinormalkan (baca: diobati). Melihat jin, berarti ada jin yang usil dan mengganggunya. Dia harus usir jin ini agar segera meninggalkannya. Jika tidak, akan sangat sulit bagi si anak untuk melepaskan diri dari gangguan jin itu.

Terkait cara mengusir jin, bisa anda simak di artikel,

Keluar Paku dari Tubuh dan Cara Pengobatannya

Allahu a’lam

Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)