Menangis‬ Apakah Tanda khusyuknya Dzikir?


Jangan terkecoh dengan banyaknya
yang menangis. Orang-orang yang
membela dan mendukung amalan ini
beralasan dengan
mengatakan:”Sesungguhnya dzikir
ini mendekatkan mereka kepada
Allah Ta’ala. Membuat hati mereka
khusyuk mengingat Allah ‘Azza wa
Jalla sampai sebagian mereka
menangis mendengarnya. ”

Perkataan mereka bahwa banyak
yang menangis bukanlah dalil benar
atau sahnya amalan mereka ini.
Betapa banyak orang yang menangis
ketika mendengar nyanyian, atau
menonton film dan sandiwara.

Bahkan betapa banyak manusia yang
menangis tetapi dirinya masih
berenang dalam kemaksiatan dan
kedurhakaan. Semua ini
menunjukkan bahwa menangis
dalam suatu perbuatan belum tentu
menjadi dalil sahnya amalan itu.

Imam Al Qurthubi rahimahullahu
mengatakan (dalam tafsirnya 9/145)
tentang firman Allah Ta’ala:
ﻭﺟﺎﺅﻭﺍ
ﺃﺑﺎﻫﻢ ﻋﺸﺎﺀ ﻳﺒﻜﻮﻥ (Merekapun menemui
ayah mereka pada malam hari dalam
keadaan menangis), kata para
ulama:”Ayat ini menunjukkan bahwa
tangis seseorang bukanlah dalil
benar atau jujurnya perkataannya.

Sebab, kemungkinan tangis itu
dibuat-buat, dan memang ada orang
yang mampu melakukannya ada pula
yang tidak.

Dan dikatakan pula bahwa air mata
yang palsu (dibuat-buat) tidaklah
tersembunyi seperti dikatakan:
ﺇﺫﺍ ﺍﺷﺘﻜﺖ ﺩﻣﻮﻉ ﻓﻲ ﺧﺪﻭﺩ ﺗﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﺑﻜﻰ ﻣﻤﻦ ﺗﺒﺎﻛﻰ
Ketika air mata mengalir di pipi
jelaslah siapa yang memang
menangis dan siapa yang berpura-
pura”.

Ibnul Jauzi mengatakan:”Iblis telah
membuat suatu tipuan terhadap
kebanyakan orang awam. Mereka
hadir dalam majelis dzikir, menangis
dan cukup dengan itu. Dalam
keadaan menyangka bahwa hadir
dan menangis itulah tujuan mereka.

Hal ini karena mereka tahu
keutamaan hadir di majelis dzikir.
Seandainya mereka tahu bahwa
tujuan sesungguhnya adalah amalan
dan apabila mereka tidak
mengamalkan apa yang mereka
dengar akan semakin kuat hujjah
(alasan) terhadap mereka (untuk
menghukum mereka).

Dan saya sebetulnya tahu orang-
orang yang hadir di majelis sejak
beberapa tahun, menangis dan
tampak khusyuk.

Namun tidak
pernah berubah dari kebiasaan
mereka memakan riba, menipu
dalam jual beli, tidak mengerti
rukun shalat, selalu berbuat ghibah
dan mendurhakai kedua orang tua.

Mereka telah ditipu oleh iblis yang
memperlihatkan kepada mereka
bahwa hadir di majelis dzikir dan
menangis, akan menghapus dosa-
dosa mereka. Sebagian mereka
menganggap duduk bersama ulama
dan orang shaleh juga akan
menjauhkan mereka dari dosa.

Sementara yang lain disibukkannya
dengan menunda-nunda taubat.
Sehingga waktu terus berjalan dan
semakin lama.

Kemudian dia
mendorong yang lain untuk terlihat
dalam apa yang mereka dengar dan
meninggalkan beramal. (Muntaqa
Nafis 542).

(Disalin dari “Bid’ah ‘Amaliyah Dzikir
Taubat,

Penulis: Al Ustadz
Abu Karimah ‘Askari bin Jamal Al
Bugisi, Murid Syaikh Muqbil bin
Hadi Al Wadi’i, Yaman).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar