'Abasa secara bahasa artinya, جَمَعَ جِلْدَ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ
وَجِلْدَ جَبْهَتِهِ "mengumpulkan kulit yang ada diantara dua mata dan
kulit dahi", yaitu mengerutkan dahi dan bermuka masam. Surat 'Abasa
adalah surat yang seluruh ayatnya adalah Makkiyah (diturunkan di Mekah)
berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir.
Allah berfirman :
عَبَسَ وَتَوَلَّى(١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى(٢) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ
يَزَّكَّى(٣) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى(٤) أَمَّا مَنِ
اسْتَغْنَى(٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى(٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى(٧)
وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى(٨) وَهُوَ يَخْشَى(٩) فَأَنْتَ عَنْهُ
تَلَهَّى (١٠)
1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6. Maka kamu melayaninya.
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9. sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka kamu mengabaikannya.
Sebab turunnya surat ini –sebagaiamana disepakati oleh para mufassir-
adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu
'anhaa:
أُنْزِلَ عَبَسَ وَتَوَلَّى فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ
الأَعْمَى أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ
يَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِيْنَ فَجَعَلَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ
وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ وَيَقُوْلُ أَتَرَى بِمَا أَقُوْلُ بَأْسًا
فَيَقُوْلُ لاَ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ
"Diturunkan surat 'Abasa wa
Tawallaa' tentang Ibnu Ummi Maktum yang buta, ia mendatangi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : "Wahai Rasulullah berilah
pengarahan/petunjuk kepadaku". Dan di sisi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ada seseorang dari para pembesar kaum musyrikin. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallampun berpaling dari Ibnu Ummi
Maktum dan berbalik ke arah lelaki (musyrik) tersebut dan berkata :
"Apakah menurutmu apa yang aku katakan (sampaikan kepadamu tentang
dakwah tauhid-pen) baik?", maka lelaki pembesar musyrik tersebut berkata
: "Tidak". Karena inilah turun surat 'Abasa." (HR At-Tirmidzi no 2651
dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Sebagian ahli tafsir
menyebutkan bahwa para pembesar musyrikin yang sedang didakwahi oleh
Nabi tersebut adalah Utbah bin Robi'ah, Abu Jahl bin Hisyaam, Ummayyah
bin Kholaf dan Ubay bin Kholaf. Nabi mendakwahi mereka dan mengharapkan
keislaman mereka (Lihat Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi pada tafsir
surat 'Abasa)
Syaikh Al-'Utsaimin berkata : "Dan tentunya
diketahui bahwasanya jika para pembesar dan orang-orang yang dihormati
dan dimuliakan masuk Islam maka hal ini merupakan sebab Islamnya
orang-orang yang berada dibawah kekuasaan mereka. Karenanya Nabi sangat
ingin agar mereka masuk Islam. Lalu datanglah sahabat yang buta ini
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka (para ahli
tafsir-pen) menyebutkan bahwa ia berkata : "Ajarkanlah aku dari apa yang
Allah ajarkan kepadamu". Dan ia meminta Nabi membaca Al-Qur'an
untuknya. Maka Nabipun berpaling darinya dan bermuka masam karena
berharap para pembesar musyrikin tersebut masuk Isalm. Seakan-akan
beliau khawatir bahwasanya para pembesar tersebut akan merendahkan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau berpaling dari para pembesar
tersebut dan mengarahkan wajahnya kepada sahabat yang buta itu. Hal ini
sebagaimana perkataan kaum Nuh:
وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا
"Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami" (QS Huud : 27).
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tatkala bermuka masam dan
berpaling dari sahabat yang buta tersebut, beliau memperhatikan dua
perkara ini :
Pertama : Berharap para pembesar tersebut masuk Islam
Kedua : Agar mereka tidak merendahkan dan menghina Nabi shallallahu
'alaihi wasallam jika beliau menoleh ke orang buta tersebut yang di mata
mereka adalah orang hina.
Tentunya tidak diragukan bahwa ini
adalah ijtihad dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan bukan
merendahkan Ibnu Ummi Maktum. Karena kita mengetahui bahwasanya tidak
ada yang menyibukkan Nabi kecuali agar tersebar dakwah Al-Haq di antara
hamba-hamba Allah, dan seluruh manusia di sisi beliau adalah sama,
bahkan orang yang lebih semangat kepada Islam maka lebih beliau cintai.
Inilah yang kita yakini pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam" (Tafsiir Juz 'Amma)
10 Faedah dari 10 ayat di atas :
Pertama : Pada firman Allah عَبَسَ وَتَوَلَّى (Dia (Muhammad) bermuka
masam dan berpaling). Di sini Allah menggunakan dhomir ghoib (kata ganti
orang ketiga). Allah mengatakan : "Dia bermuka masam". Allah tatkala
menegur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menurunkan surat ini
kepada Nabi, Allah tidak berkata : عَبْسْتَ وَتَوَلَّيْتَ "Engkau
bermuka masam dan engkau berpaling" (dengan dhomir mukhothob/kata ganti
orang kedua). Metode ini ada dua faedah:
- Allah tidak
suka mengarahkan pernyataan yang keras langsung terarahkan kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi Allah menggunakan uslub/pola
kata ganti orang ketiga. Karena sifat "bermuka masam" dan "berpaling"
adalah sikap yang keras. Ini merupakan bentuk pemuliaan terhadap Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam (Al-Aluusi dalam tafsirnya)
-
Agar ayat ini sebagai peringatan kepada umatnya secara umum, agar
tidak terulang lagi kejadian seperti ini (Al-'Utsaimin)
Kedua :
...
Baca selengkapnya di sini: http://www.firanda.com/index.php/artikel/tafsir/598-10-faedah-dari-10-ayat-surat-abasa
'Abasa secara bahasa artinya, جَمَعَ جِلْدَ مَا بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَجِلْدَ جَبْهَتِهِ "mengumpulkan kulit yang ada diantara dua mata dan kulit dahi", yaitu mengerutkan dahi dan bermuka masam. Surat 'Abasa adalah surat yang seluruh ayatnya adalah Makkiyah (diturunkan di Mekah) berdasarkan kesepakatan para ulama tafsir.
Allah berfirman :
عَبَسَ وَتَوَلَّى(١) أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى(٢) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى(٣) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى(٤) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى(٥) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى(٦) وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى(٧) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى(٨) وَهُوَ يَخْشَى(٩) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)
1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6. Maka kamu melayaninya.
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9. sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka kamu mengabaikannya.
Sebab turunnya surat ini –sebagaiamana disepakati oleh para mufassir- adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu 'anhaa:
أُنْزِلَ عَبَسَ وَتَوَلَّى فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ الأَعْمَى أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِيْنَ فَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ وَيَقُوْلُ أَتَرَى بِمَا أَقُوْلُ بَأْسًا فَيَقُوْلُ لاَ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ
"Diturunkan surat 'Abasa wa Tawallaa' tentang Ibnu Ummi Maktum yang buta, ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : "Wahai Rasulullah berilah pengarahan/petunjuk kepadaku". Dan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada seseorang dari para pembesar kaum musyrikin. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallampun berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan berbalik ke arah lelaki (musyrik) tersebut dan berkata : "Apakah menurutmu apa yang aku katakan (sampaikan kepadamu tentang dakwah tauhid-pen) baik?", maka lelaki pembesar musyrik tersebut berkata : "Tidak". Karena inilah turun surat 'Abasa." (HR At-Tirmidzi no 2651 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa para pembesar musyrikin yang sedang didakwahi oleh Nabi tersebut adalah Utbah bin Robi'ah, Abu Jahl bin Hisyaam, Ummayyah bin Kholaf dan Ubay bin Kholaf. Nabi mendakwahi mereka dan mengharapkan keislaman mereka (Lihat Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi pada tafsir surat 'Abasa)
Syaikh Al-'Utsaimin berkata : "Dan tentunya diketahui bahwasanya jika para pembesar dan orang-orang yang dihormati dan dimuliakan masuk Islam maka hal ini merupakan sebab Islamnya orang-orang yang berada dibawah kekuasaan mereka. Karenanya Nabi sangat ingin agar mereka masuk Islam. Lalu datanglah sahabat yang buta ini bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka (para ahli tafsir-pen) menyebutkan bahwa ia berkata : "Ajarkanlah aku dari apa yang Allah ajarkan kepadamu". Dan ia meminta Nabi membaca Al-Qur'an untuknya. Maka Nabipun berpaling darinya dan bermuka masam karena berharap para pembesar musyrikin tersebut masuk Isalm. Seakan-akan beliau khawatir bahwasanya para pembesar tersebut akan merendahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau berpaling dari para pembesar tersebut dan mengarahkan wajahnya kepada sahabat yang buta itu. Hal ini sebagaimana perkataan kaum Nuh:
وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا
"Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara Kami" (QS Huud : 27).
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tatkala bermuka masam dan berpaling dari sahabat yang buta tersebut, beliau memperhatikan dua perkara ini :
Pertama : Berharap para pembesar tersebut masuk Islam
Kedua : Agar mereka tidak merendahkan dan menghina Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau menoleh ke orang buta tersebut yang di mata mereka adalah orang hina.
Tentunya tidak diragukan bahwa ini adalah ijtihad dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan bukan merendahkan Ibnu Ummi Maktum. Karena kita mengetahui bahwasanya tidak ada yang menyibukkan Nabi kecuali agar tersebar dakwah Al-Haq di antara hamba-hamba Allah, dan seluruh manusia di sisi beliau adalah sama, bahkan orang yang lebih semangat kepada Islam maka lebih beliau cintai. Inilah yang kita yakini pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam" (Tafsiir Juz 'Amma)
10 Faedah dari 10 ayat di atas :
Pertama : Pada firman Allah عَبَسَ وَتَوَلَّى (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling). Di sini Allah menggunakan dhomir ghoib (kata ganti orang ketiga). Allah mengatakan : "Dia bermuka masam". Allah tatkala menegur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan menurunkan surat ini kepada Nabi, Allah tidak berkata : عَبْسْتَ وَتَوَلَّيْتَ "Engkau bermuka masam dan engkau berpaling" (dengan dhomir mukhothob/kata ganti orang kedua). Metode ini ada dua faedah:
- Allah tidak suka mengarahkan pernyataan yang keras langsung terarahkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi Allah menggunakan uslub/pola kata ganti orang ketiga. Karena sifat "bermuka masam" dan "berpaling" adalah sikap yang keras. Ini merupakan bentuk pemuliaan terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (Al-Aluusi dalam tafsirnya)
- Agar ayat ini sebagai peringatan kepada umatnya secara umum, agar tidak terulang lagi kejadian seperti ini (Al-'Utsaimin)
Kedua :
...
Baca selengkapnya di sini: http://www.firanda.com/index.php/artikel/tafsir/598-10-faedah-dari-10-ayat-surat-abasa

www.firanda.com "Tebarkan Ilmu, Tumbuhkan Amal, Petiklah Ridlo Ilahi" - 10 Faedah dari 10 Ayat...
www.firanda.com



![APAKAH ROSULULLAH MENGETAHUI PERKARA GHAIB | share yuk
Pertanyaan :
Apakah Rasul Shalallahu alaihi wa sallam ada dimana-mana? Adakah beliau mengetahui yang ghaib?
Jawab :
Dengan jelas dapat diketahui dari keterangan agama dan dalil-dalil syariat bahwa Rasulullah Shalallahu alaihiwasallam tidak ada dimana-mana. Jasad beliau ada di kuburnya di kota Madinah Munawarrah. Adapun roh beliau ada disi Allah Rab yang Maha Tinggi di Syurga. Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi Shalallahu alaihi wa sallam ketika menjelang wafat beliau bersabda:
“Ya Allah ,Tuhan yang ada di tempat yang tinggi. [Bukhari no.4437 Kitabul Maghazi; Muslim no.2444 Kitab Fadhaailsh Shahabah] 3 kali ,kemudian beliau wafat.
Para ulama dari kalangan shahabat dan sesudahnya sepakat bahwa beliau dikuburkan di rumah A’isyah (radhiallahu anha) berdampingan dengan masjid Nabawi. Jasad beliau berada ditempat itu sampai masa yang tidak diketahui dan rohnya serta roh para nabi, para rasul dan segenap kaum mukminin ada di syurga. Roh mereka menempati posisi sesuai dengan tingkatan masing-masing di surga sesuai dengan ketetapan Allah menurut ilmu,iman,dan kesabaran yang dipikul masing-masing dalam perjuangan dakwah kepada kebenaran.
Adapun tentang hal ghaib, yang mengetahui hanyalah Allah. Rasul atau mahluk lainnya, hanya tahu hal ghaib yang telah diberitakan Allah kepada mereka didalam Al Qur’an dan Sunnah yang suci mengenai masalah syurga, neraka, keadaaan hari kiamat, dan lain-lain. Begitu pula keterangan Al Qur’an dan hadits-hadits shahih tentang Dajjal, matahari terbit dari barat, munculnya hewan-hewan melata, turunnya kembali Isa bin Maryam pada akhir zaman, dan lain-lain sebagaimana difirman Allah :
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan [Surat An Naml :65]
Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? [Surat Al An’am:50]
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [Surat Al A’raf:188]
Ayat serupa dalam Al Qur’an banyak sekali. Sungguh benar telah diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam beberapa hadits yang menyatakan bahwa beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, diantaranya adalah jawaban beliau kepada malaikat jibril ketika ditanya:
Kapan Kiamat itu?” Beliau bersabda: ”Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya.”
Beliau kemudian bersabda:
Lima perkara yang hanya Allah menetahuinya. ”Kemudian beliau membaca firman Allah:
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan,…..[Surat luqman:34]
[Bukhari no.50 Kitabul Iman; Muslim no.9 Kitabul Iman dari Abu Hurairah]
Selain itu ketika Aiysah difitnah dengan tuduhan palsu, yakni berzina, Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui kebenaran kesucian Aisyah kecuali setelah turunnya wahyu kepada beliau pada surat An Nuur.
Contoh lain, tatkala ‘Asiyah hilang pada salah satu perjalanan pulang perang,Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui tempatnya sehingga beliau megirim sejumlah orang untuk mencarinya, tetapi mereka tidak menemukannya. Tatkala unta Aiysah berdiri orang-orang menemukan ‘Aisyah dibawah untanya. Inilah sedikit contoh dari banyak kasus yang terdapat dalam hadits-hadits tentang ketidaktahuan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam tentang hal ghaib.
Anggapan sebagian golongan sufi bahwa nabi Shalallahu alaihi wa sallam mengetahui hal-hal ghaib dan hadirnya beliau ditengah-tengah mereka diwaktu pesta peringatan Maulid Nabi, dan lain-lain adalah anggapan batil yang tidak punya dsar apapun. Hal ini muncul pada mereka karena kebodohan mereka dalam memahami Al Qur’an, Sunnah nabi Shalallahu alaihi wa sallam ,dan pegangan kaum salaf.
Kita mohon kepada Allah supaya kita dan segenap kaum muslimin selamat dari cobaan ajaran mereka yang sesat dan juga supaya kita dan mereka diberi petunjuk ke jalan yang lurus.Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan do’a.
Oleh Syaikh Bin Baz
Al Mujaahid no.66; tahun ke-3 Muharram no.33 dan shafar no.34.
Sumber : http://al-uyeah.blogspot.com/2013/11/apakah-rosulullah-mengetahui-perkara.html
Dapatkan poster2 dakwah keren lainnya Like >> Al-Uyeah | follow https://twitter.com/Al_Uyeah <<](https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/p320x320/1497730_532618866833226_128935810_n.png)


