KEUTAMAAN MENGAJAK ORANG LAIN KEPADA ILMU AGAMA DAN KEBAIKAN
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ
مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ
الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
(*) TERJEMAH HADITS:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Barangsiapa menyeru kepada hidayah (jalan petunjuk
dan kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang
yang mengikuti (atau mengerjakan)nya tanpa mengurangi
pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia
mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti (mengerjakan)nya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”. (HR. Muslim no. 6750).
(*) BIOGRAFI SINGKAT PERAWI HADITS:
Nama Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausi Al-Yamani
radhiyallahu anhu. Beliau masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada saat
terjadinya perang khoibar. Beliau selalu menyertai Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dalam keadaan safar maupun mukim, karena
kecintaannya terhadap ilmu agama.
Abu Hurairah radhiyallahu
anhu menjadi sahabat Nabi yang paling banyak menghafal n meriwayatkan
hadits melebihi para sahabat yg lain. Hal ini dikarenakan beberapa sebab
n alasan yg tidak mustahil n bisa diterima akal manusia. Diantaranya:
1. Abu Hurairah radhiyallahu anhu meluangkan waktunya utk senantiasa
ber-mulazamah (bergaul n berdampingan) dengan Nabi shallallahu alaihi
wasallam dlm rangka menimba ilmu, baik di saat Nabi mukim, maupun safar
untuk berjihad, menunaikan ibadah Haji n Umroh atau selainnya. Berbeda
dengan sebagian sahabat yg lain menggunakan sebagian waktunya utk
berdagang atau bekerja.
2. Nabi shallallahu alaihi wasallam
pernah mendoakan Abu Hurairah radhiyallahu anhu agar diberi oleh Allah
hafalan (daya ingat) yg kuat. Dan doa Nabi mustajab (dikabulkan Allah).
3. Abu Hurairah radhiyallahu anhu tidak hanya meriwayatkan hadits yg ia
dengar n lihat langsung dr Nabi shallallahu alaihi wasallam, akan
tetapi beliau jg meriwayatkan hadits dr para sahabat lain yg lebih
dahulu masuk Islam.
Abu Hurairah wafat pada tahun 59 Hijriyah.
(*) BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH DARI HADITS INI:
1) Anjuran untuk bersemangat dlm berdakwah (mengajak n menunjuki orang lain) kepada jalan petunjuk dan kebaikan.
2) Keutamaan para ulama n penuntut ilmu yang senantiasa berdakwah
kepada agama Allah, n mengajarkan ilmunya kepada orang lain dengan niat
ikhlas karena mengharap wajah Allah semata.
3) Anjuran bagi
para juru dakwah n pengajar ilmu untuk mengamalkan apa yg didakwahkan n
diajarkannya agar ia menjadi panutan/ teladan yg baik bagi orang lain.
4) Besarnya pahala orang yang berdakwah kepada agama Allah n setiap
jalan kebaikan, yg mana pahala dakwah tsb akan selalu mengalir kpd
dirinya hingga terjadinya hari kiamat sebanyak pahala orang yg menerima,
mengikuti n mengamalkan ilmu yg di dakwahkan n diajarkannya.
5) Yang dimaksud Al-Huda (petunjuk) di dalam hadits ini ialah setiap
ilmu yg bermanfaat n amal sholih yang ada dalilnya di dalam Al-Quran
Al-Karim dan Al-Hadits yg Shohih.
6) Ancaman keras bagi siapa
saja yang mengajarkan n mendakwahkan kpd orang lain kemusyrikan,
kekufuran, kebid’ahan, kesesatan, n kefasikan. Yaitu ia akan memikul
dosa perbuatannya tsb, n dosa orang-orang yg mengikuti seruannya tsb
hingga hari Kiamat tanpa mengurangi dosa para pengikut sedikit pun. Dan
yg demikian ini dikarenakan ia menjadi sebab penyimpangan manusia dari
jalan kebenaran.
7) Keutamaan n pahala mengajak orang lain kpd
kebaikan dan kebenaran ini bisa diraih oleh setiap orang muslim n
muslimah, para ulama n penuntut ilmu, orang kaya n orang miskin,
penguasa maupun rakyat. Dengan syarat, melakukan dakwah kpd kebaikan n
kebenaran itu dilakukan dengan cara-cara yg sesuai dengan kemampuannya.
Diantara cara2 dakwah kpd agama Allah agar meraih pahala yg besar yg mengalir smp hari Kiamat adalah sbb:
1. Berdakwah secara langsung di hadapan manusia di masjid, sekolah, rumah, tempat kerja, atau selainnya.
2. Berdakwah kpd agama Allah melalui media massa cetak n elektronik,
dan cara pertama n kedua ini hanya boleh dilakukan oleh orang2 yg
memiliki ilmu n pemahaman yg benar ttg agama Islam. Adapun orang yg
tidak berilmu, maka dilarang keras terjun ke medan dakwah karena ia akan
lebih banyak merusak keadaan umat Islam.
3. Membiayai n
menfasilitasi aktifitas dakwah tauhid n sunnah,
membagi-bagikan/menghadiahkan buku2/buletin/majalah/CD dakwah atau
selainnya. Dan ini bisa dilakukan oleh orang2 yg diberi kelapangan
rezeki oleh Allah.
4. Membuat peraturan n perundang-undangan
tentang Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar yg diterapkan dan diwajibkan kpd
pemerintah dan rakyat. Dan cara ini bisa dilakukan oleh penguasa atau
pemerintah.
Demikian beberapa pelajaran penting dan faedah
ilmiyah yg dapat kami simpulkan dari hadits ini. Smg dapat dipahami n
menjadi ilmu yg bermanfaat. Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi
at-taufiq.
(SUMBER: BlackBerry Group Majlis Hadits, chat room Mutiara Hadits Shohih, PIN: 2987565B)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar